Konfirmasi daripada Berasumsi
Pekerjaan yang saya jalani saat ini menuntut saya untuk pandai berkomunikasi dengan orang lain, artinya saya harus menyampaikan atau menerima informasi dari orang lain dengan sejelas mungkin, jangan sampai ada miskomunikasi. Namun, terkadang keadaan tidak memberikan kelancaran dalam melakukan komunikasi, ada saja faktor-faktor yang menghambat sehingga saya atau mungkin kamu juga sering melakukan asumsi. Toh berasumsi itu mudah, sangat mudah, hanya dengan "kayaknya sih, sepertinya sih". Berasumsi itu juga menghemat waktu, lama kalau harus menunggu jawaban dari partner komunikasi, maunya yang cepat saja.
Kenyataannya itu salah, berasumsi justru membuang waktu, sesuatu yang seharusnya sudah selesai jadi harus dikerjakan dua kali. Lebih baik konfirmasi daripada berasumsi. Awal saya menjalani pekerjaan ini, saya masih menggunakan asumsi karena takut untuk konfirmasi. Takut dibilang bawel, takut dibilang budek, takut dibilang lemot, takut, takut, dan takut. Hasilnya? miskom! Masih bersyukur karena saat itu tidak menyangkut orang banyak, Alhamdulillah.
Saya ceritakan kejadian miskom ini ke rekan kerja, dia memberikan saran "kamu tuh jangan pakai asumsi, konfirmasi aja". Ternyata dia juga pernah mengalami hal yang sama, berasumsi membawa kesalahpahaman. Oleh karena itu, saya dan rekan-rekan kerja selalu menjadikan “konfirmasi daripada berasumsi” sebagai moto kami saat bekerja. Mungkin juga bisa diterapkan oleh kamu yang sedang baca blog saya ini, bahwa dalam berkomunikasi jangan gunakan asumsi, silakan konfirmasi.
Have a good day!
Have a good day!
Comments
Post a Comment